Rasa hormat dan rasa malu
Dilansir dari History of Yesterday Bagi para pilot Kamikaze yang terpaksa pulang ke kampung halaman mereka di Jepang, terbagi menjadi dua kategori: mereka yang gagal akibat kesalahan teknis-mekanis pada proses penyerangan, dan yang kedua adalah mereka yang dihinggapi rasa takut berlebih dengan memutuskan tak menjalankan Kamikaze.
Hukuman terhadap mereka yang gagal ber-Kamikaze akibat faktor psikologis, atau sama sekali tak dapat membuktikan adanya kegagalan teknis-mekanis saat itu tak langsung dieksekusi dan menerima sanksi hukuman fisik atau mental dari petinggi militer Jepang. Namun hukuman ini tak terlalu berat karena para pilot tersebut masih harus menjalani misi yang sama di hari esok nanti berikutnya.
Eksekusi terberat disertai pandangan sebagai seorang pengecut akan terjadi apabila pada saat ke-9 kalinya misi Kamikaze gagal dan sang pilot kembali pulang dalam keadaan bernyawa.
Salah satu cara untuk mengatasi faktor mental yang berakibat gagalnya para pilot Kamikaze menyelesaikan tugas mereka adalah dengan memberi ‘cairan keberanian’ yang diracik khusus oleh para petinggi militer Jepang yang dibantu ahli kimia. Cara itu menjadi cara terakhir diluar cara normal pada umumnya seperti menyertakan para pilot Kamikaze untuk dipaksa terbang bersama dalam kesatuan skuadron, yang dimana adalah teman-teman yang saling mengenal.
Ada satu kutipan yang menjadi acuan para pilot Kamikaze yang dilansir dari Kamikaze pilot manual:
Ketika kamu membuang pemikiran tentang hidup dan mati, maka kamu akan mengabaikan sepenuhnya kehidupan duniawi. Sehingga akan memungkinkan kamu untuk mempusatkan perhatian dengan tekad tak tergoyahkan untuk membasmi musuh, sementara itu hal tersebut akan memperkuat keunggulanmu dalam keterampilan terbang.
Mayoritas pilot Kamikaze tidak siap untuk meninggal
Pilot Kamikaze digambarkan sebagai orang yang hiper-patriotik dan sembrono, rela meninggal tanpa berpikir dua kali. Tapi, mayoritas pilot tidak berpikir seperti itu. Takehiko Ena menceritakan kepada The Guardian. Dia menjadi mahasiswa ketika itu, dan saat mendengar rekrutan tersebut, dia merasa sangat takut.
Keiichi Kuwahara memiliki kisah serupa. Kuwahara baru berusia 17 tahun ketika dia direkrut. Dia tidak merasakan semangat patriotik itu. Dia hanya memikirkan keluarganya, tentang nasib ibu dan saudara perempuannya yang sangat bergantung pada dirinya, karena dia menjadi tulang punggung keluarga. Itu sebabnya dia belum siap untuk meninggal.
Namun, mereka berdua merasa lega karena nyawanya masih diselamatkan. Mesin Kuwahara tidak berfungsi, mengharuskannya untuk kembali, dan Ena tidak jadi ditugaskan karena perang telah berakhir.
Dua sisi sikap Jepang saat perang
Sudah lumrah ketika berbicara pengorbanan, selalu disertai nilai kehormatan yang berujung pada sikap patriotisme-nasionalisme kala negara tersebut dilanda perang. Jepang menaruh rasa hormat sebagai mereka yang telah berkorban lewat Kamikaze. Kehormatan adalah sakral bagi tradisi mereka. Mulai dari pesawat bom bunuh diri ala Kamikaze hingga tank bom bunuh diri bagi kalangan infanteri di darat, adalah hal yang bisa dibenarkan kapanpun oleh pihak Jepang saat peperangan.
Jepang akan melakukan hal apapun demi memenangkan peperangan lewat cara apapun. Hal ini tergambar lewat aksi unit 731 dan kekejaman yang dilakukan di daratan Cina demi upaya memenangkan para populasi pemberontak. Jepang memiliki kisah uniknya sendiri bila berbicara dunia peperangan, dimana rasa nasionalisme dan kehormatan mereka menjadi hal terpenting dengan rela mengisolasi diri mereka dari pengaruh invasi negara-negara luar. Terutama berbicara kultur dan budaya Jepang itu sendiri.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)
Apa itu Kamikaze? Hal ini menjadi sorotan sehubungan dengan serangan drone 'Kamikaze' Rusia ke Ibu Kota Ukraina di Kiev. Kamikaze adalah istilah dari bahasa Jepang yang tak jarang digunakan dalam aksi penyerangan.
Lantas apa yang dimaksud dengan istilah Kamikaze itu? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak informasinya berikut ini.
Kamikaze adalah istilah dari bahasa Jepang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seperti dikutip dari situs resmi Kemdikbud, secara harfiah istilah kamikaze artinya angin yang datang mendadak yang menyelamatkan bangsa Jepang dalam suatu peperangan antara Jepang dan Tiongkok pada abad ke-18. Istilah kamikaze juga diartikan sebagai pasukan udara Jepang yang dalam Perang Dunia II bersedia mati dengan dengan cara menabrakkan pesawat terbang yang mereka tumpangi pada sasaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam catatan sejarah, seperti dilansir situs History, istilah kamikaze digunakan pada 5 Januari 1945 kepada pilot Jepang yang menerima perintah pertama untuk menjadi kamikaze. Istilah kamikaze berarti "angin ilahi" dalam bahasa Jepang. Serangan bunuh diri dari kamikaze diartikan sebagai keputusasaan Jepang pada akhir Perang Dunia II. Dalam peristiwa itu, sebagian besar pilot Jepang tewas. Di Okinawa, mereka menenggelamkan 30 kapal dan menewaskan hampir 5.000 orang Amerika.
Berdasarkan penjelasan di atas tentang apa itu kamikaze, dapat dipahami bahwa arti kamikaze adalah suatu aksi bunuh diri yang dilakukan oleh prajurit militer Jepang ke daerah musuh untuk menjaga kehormatan pasukannya. Pengertian kamikaze ini seperti dilansir situs Today Nippon.
Pilot Kamikaze pasca-perang
Periode pasca-perang tidak berjalan baik untuk pilot. Sekutu menduduki Jepang selama tujuh tahun setelah berakhirnya perang, dan mereka berniat merusak reputasi pilot Kamikaze dengan mengatakan bahwa mereka bukanlah pahlawan tetapi fanatik gila yang sangat sembrono. Dilansir laman Kamikaze Images, publik pun tidak lagi mempedulikan mereka dan bahkan menghina mereka.
Akibatnya, mereka kesulitan mencari pekerjaan atau bahkan melamar ke sekolah. Sebuah stigma muncul tentang mereka, yaitu "Sindrom Serangan Khusus", atau terobsesi untuk meninggal dengan terhormat.
Sayangnya, asumsi itu belum benar-benar hilang. Beberapa generasi muda di Jepang, yang tumbuh dengan konstitusi pasifis–menilai mereka sebagai orang bodoh. Bahkan, kata kamikaze dijadikan slang untuk 'sembrono dan gila'.
Pilot Kamikaze disamakan dengan serangan teroris
Pada periode pasca-perang di Jepang, pilot Kamikaze menerima perlakuan dan stigma buruk dari masyarakat. Tetapi dalam waktu tertentu, ada pandangan yang lebih buruk tentang mereka yakni serangan teroris, terutama pascaserangan 11 September di World Trade Center. Sebuah berita yang dirilis dari Stanford menggambarkan serangan itu sebagai "pesawat kamikaze di satu sisi dan pesawat yang dibajak di sisi lain."
Atshushi Takatsuka bersikeras bahwa itu bukanlah hal yang sama. Teroris cenderung menargetkan warga sipil. Sementara Pilot Kamikaze (dan semua pasukan Serangan Khusus) hanya dikirim setelah target militer. Pilot hanya melakukan apa yang ditugaskan dalam perang, dan mereka sendiri pun tidak punya banyak pilihan.
Drone Kamikaze Rusia ke Ukraina
Dalam perang Rusia Ukraina, serangan sejumlah drone Kamikaze Rusia dilancarkan ke ibu kota Kiev, Ukraina, pada Senin (17/10/2022) pagi waktu setempat. Serangan drone Kamikaze Rusia ke Ukraina itu dianggap sebagai bentuk keputusasaan Rusia.
Seperti dilansir CNN, Senin (17/10), kepala staf kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, dalam pernyataannya menyebut serangan drone itu sebagai bentuk keputusasaan Rusia. "Rusia berpikir itu akan membantu mereka, tapi tindakan-tindakan ini menunjukkan keputusasaan," ujar Yermak.
Serangan itu terjadi sepekan setelah rentetan rudal Rusia menghantam berbagai kota Ukraina, termasuk Kiev, juga pada jam-jam sibuk pagi hari. Akibat serangan tersebut, dilaporkan sedikitnya satu orang tewas dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan drone 'kamikaze' itu. Dilansir AFP, jumlah korban jiwa akibat serangan terbaru Rusia itu diungkapkan oleh Wali Kota Kiev Vitali Klitschko.
Pilot Darat ColdDripcoffee
Copyright @ 2024 Link UMKM, All right reserved | Page rendered in 0.2064 seconds
Bagaimana Rusia Gunakan Drone Kamikaze?
Seperti dilansir BBC, Ukraina menuduh Rusia menggunakan drone-drone 'Kamikaze' terhadap berbagai sasaran sipil di Kyiv. Pesawat-pesawat tak berawak ini membawa bahan peledak yang meletus saat membentur sasaran, sekaligus menghancurkan drone tersebut.
Apakah drone Kamikaze Rusia itu? Rusia diyakini menggunakan drone Shahed-136 buatan Iran selama konflik Ukraina sejak pertengahan September.
Dijuluki pula sebagai Geranium-2 oleh Rusia, drone ini memiliki bahan peledak pada hulu ledak di bagian hidungnya. Drone ini dirancang untuk mengitari target sampai diperintahkan untuk menyerang. Drone Shahed-136 memiliki sayap dengan bentangan sekitar 2,5 meter dan sulit dideteksi radar.
Demikian penjelasan tentang apa itu Kamikaze
Simak video '28 Drone Kamikaze Gempur Jantung Ukraina di Kiev':
[Gambas:Video 20detik]
Pelajar Jepang melepas kepergian pilot Kamikaze.
Nationalgeographic.co.id - Motoharu Okamura, yang memimpin satu skuadron kamikaze, berkata, "Saya sangat percaya bahwa satu-satunya cara berperang yang bisa mendukung kami adalah serangan tabrakan menggunakan pesawat kami. Tidak ada cara lain. Beri saya 300 pesawat dan saya akan mengubah gelombang perang."
Tidak ada pengorbanan yang lebih tinggi dari seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sebuah perjuangan. Namun, sepanjang sejarah perjuangan tampaknya tidak ada seradikal seperti yang dilakukan pilot-pilot muda Jepang: Kamikaze.
Dalam sejarah peperangan Jepang di Pasifik (1944), mereka siap mengorbankan nyawa dalam unit-unit khusus yang telah dipesiapkan dengan taktik menabrakan pesawat yang mereka kemudikan ke kapal-kapal perang Amerika Serikat. Jepang menjuluki serangan yang tak biasa ini sebagai kamikaze atau yang dalam bahasa mereka berarti Angin Dewa.
Baca Juga : Inginkan Gerbang Pengenal Wajah, Jepang Berlakukan Pajak Keberangkatan di Bandara
Pasukan kamikaze bernama Tokkotai ini sejatinya dibentuk oleh Laksamana Madya Tokijiro Ohnisi, Panglima Armada Udara Pertama yang membawahi seluruh kekuatan udara Jepang di Filipina. Kesatuan udara kamikaze bentukan Ohnisi lebih dulu menghantan armada kapal induk AS agar kekuatan udara AL AS tak menggganggu serangan armada laut Jepang.
Official U.S. Navy Photograph/Noval Historical Center/Wikimedia Commons
USS Belleau Wood dan USS Franklin (kanan), mengalami kebakaran hebat setelah diseruduk pesawat Jepan
Tentara AS terkesima menyaksikan serangan nekat yang sulit dinalar ini. Bagaimana tidak? Para pilot muda kamikaze ini dengan beraninya menukik untuk kemudian menabrakkan pesawat mereka ke kapal-kapal perang AS.
Setiap pesawat rata-rata membawa bom seberat 250 kilogram. Pasukan kamikaze juga "mengirim" bom-bom terbang yang dikendalikan pilot. Menurut Ohsini, hanya dengan cara inilah efektivitas kekuatan udara negerinya akan ada pada tingkat maksimal.
Kamikaze pertama diyakini dilakukan oleh Laksamana Madya Masafumi Arima, komandan Armada Udara ke-26 pada 15 Oktober 1944. Tatkala memimpin seratus pembom tukik Yokosuka D4Y, ia tiba-tiba menukikkan pesawatnya ke arah kapal induk USS Franklin. Kapal itu pun terbakar—namun masih tetap beroperasi hingga 1964. Pangkat Arima kemudian dinaikkan setingkat menjadi Laksamana. Sejatinya, sampai sejauh ini, tidak ada laporan tentang kerusakan USS Franklin yang ditimbulkan oleh serangan Arima. Bahkan, tidak ada catatan apakah Arima benar-benar sampai ke target kamikaze-nya.
Baca Juga : Astronom Temukan Pola Aneh di Awan Planet Venus, Apa Penyebabnya?
Namun, Caryl-Sue dari National Geographic Society, menulis bahwa Kekaisaran Jepang menggunakan strategi kamikaze untuk pertama kalinya pada 25 Oktober 1944. Taktik itu bagian dari pertempuran ganas Teluk Leyte, pertempuran laut terbesar dalam sejarah, yang berlangsung di Samudera Pasifik dekat Filipina. Jepang memang kalah dalah pertempuran laut ini. Dan, kurang dari setahun kemudian, Jepang meyerah.
Sumber lain meyebutkan bahwa Letnan Pertama Takeshi Kosai dan beberapa pilot lainnya dari 31st Fighter Squadron telah melakukan serangan kamikaze pada fajar 13 September 1944. Mereka tidak pernah kembali, namun tidak ada catatan kapal musuh yang mengalami penyerangan hari itu.
Statistik masa perang memang semerawut. Hingga kini, seberapa besar jumlah kapal perang yang berhasil dihancurkan pasukan kamikaze masih menjadi perdebatan sejumlah pihak. Menurut catatan AU AS, Jepang setidaknya sudah melancarkan 2.800 serangan kamikaze dan menenggelamkan 34 kapal perang. Kamikaze juga telah merusak 368 kapal, membunuh 4.900 pelaut, serta melukai 4.800 orang lainnya.
Meski sudah melawan mati-matian, Jepang toh tak bisa menepis kekalahan pada Perang Dunia II.
78% Daratan di Bumi Jadi Gersang dan Tidak akan Pernah Basah Kembali
Pertarungan antara pasukan Sekutu dan Jepang terjadi di Front Pasifik selama Perang Dunia II. Kisah ini pasti sudah tidak asing lagi, terutama serangan dari pilot Kamikaze. Pilot Jepang ini melakukan misi bunuh diri dengan menabrakkan pesawat mereka ke kapal Sekutu. Antara 3.000-4.000 pilot terlibat dalam misi ini, tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang mencapai target, dan kebanyakan tenggelam.
Sejak Perang Dunia II, para pilot Kamikaze digambarkan dengan berbagai kisah, dari yang positif hingga negatif. Namun, kenyataannya sedikit lebih rumit dari yang dipikirkan banyak orang. Yuk, kita ulas lebih mendalam tentang para pilot Kamikaze Jepang ini.
Menjadi pilot Kamikaze adalah sukarela, tapi tidak selalu
Meskipun Jepang sangat membutuhkan banyak prajurit, tetapi mereka tidak memaksa semua orang untuk menjadi pilot Kamikaze. Sebenarnya ada kuesioner tentang perekrutan sebagai pilot Kamikaze. Formulir itu bertuliskan tiga pertanyaan — "Saya sangat ingin bergabung," "Saya ingin bergabung," dan "Saya tidak ingin bergabung."
Mereka dibawa ke sebuah ruangan dan diberi waktu lima menit untuk memutuskan apakah mereka akan menjadi sukarelawan, menolak, atau membiarkan komandan mereka yang memutuskan.
Pilot kadang-kadang ditempatkan dalam kelompok besar dan diminta untuk menjadi sukarelawan. Tetapi, terkadang ketiga pilihan itu hanyalah formalitas, karena kebanyakan dari mereka akan dipilih menjadi pilot.
Beberapa pilot Kamikaze sangat bersemangat dengan tugas mereka
Osamu Yamada mengatakan kepada BBC, ketika ada panggilan untuk pilot Kamikaze, dia bergabung dengan sukarela. Ideologi para pilot Kamikaze adalah cinta tanah air dan bersedia mati untuk membelanya.
The Guardian berbicara dengan Hisao Horiyama, yang memiliki ideologi sama. Kaisar Hirohito secara pribadi mengunjungi unitnya. Sejak saat itu, Horiyama merasa tidak punya pilihan selain mengorbankan diri dan untuk membuktikan dirinya kepada ayahnya.
Sebagian besar pilot Kamikaze masih muda, usianya 17 atau 18 tahun. Menjadi sukarelawan untuk menjadi pilot Kamikaze tidak hanya memberi mereka penghargaan anumerta tetapi juga membuat mereka merasa diakui.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: Kisah Perempuan Tangguh dalam Melawan Stigma Masyarakat, Ada Pilot!